Jumat, 16 Desember 2011

Tugas Umum 3

Nama : Oktarisa Yohana Maria
NPM  : 25210262
Kelas  : 2EB22

Puisi

Hari ini sama saja
Kemarin, dulu, esok pun lusa
Tak akan lain
Semua kita akan mati ditimbun dalam gelap perut bumi

          ‘Ntah aku pintar, baik, suci, luhur, cantik, manis
          ‘Ntah aku bodoh, jahat, kurang ajar, atau tak ajar
          Ujung-ujungnya batas akhir usiaku akan menelan seribu nafas hidupku

Kumau pasrah saja
Tapi tak purna
Kuingin hening, diam
Tapi makin membising

           Lalu di lalang lalu di lalang
           Hiruk di pikuk hiruk di pikuk
           Aku mengais dan mencium
           Aku mati untuk apa?

Tiap kali aku bercermin
Kuingat lemah dan usangku
Tak sama aku
Makin lama makin cokelat
Makin lama makin tua
Aku mati untuk apa?
Akan kujawab dalam butiran air matamu
Jika tidak dalam senyum atau tawa senangmu

Tugas Umum

Nama : Oktarisa Yohana Maria
Kelas  : 2eb22
NPM  : 25210262

Dimanakah Kau, Lastri?


                Pukul 22.30 Wib, aku beranjak dari tempat tidur. Entah mengapa, malam itu aku begitu sulit memejamkan mata sedetik pun. Segera  aku membuka pintu kamarku, lalu berjalan mengitari koridor-koridor asramaku menghirup udara malam itu. Lima belas menit lamanya, aku kemudian kembali ke kamar. Aku tidak langsung merebahkan tubuhku di tempat tidur, melainkan duduk di atas kursi belajarku.
            "Menyambut Pagimu," demikian judul buku yang terpampang di depanku. Aku lalu membolak-balik buku itu dan membacanya sebentar. Setelah itu, aku kembali meletakkannya ke tempat yang semula. Kini, tatapanku tertuju pada sebuah agenda berwarna hitam yang tersusun di rak buku. Hadiah yang ku dapatkan dari seorang teman di hari ulang tahunku.
Hello, diary
            Malam ini aku begitu sulit memejamkan mata, padahal aku begitu letih. Aku mencoba mencari penyebabnya, tetapi hingga saat ini aku belum menemukan sesuatu yang mengganjal di hatiku.
***

            "Lastri … Las ...” aku terbangun dari tidurku. Aku menatap ke sekelilingku. Tidak ada siapa pun di kamarku. Ternyata, aku hanya bermimpi Lastri datang mengunjungiku.
            "Ah …," desisku. Aku akhirnya menemukan jawaban atas kegelisahanku sebelum tidur tadi. Ya, Lastri . Tanpa kusadari dirinya yang telah membuat hatiku galau. Aku ingin bertemu dengannya. Setahun yang lalu, aku terakhir kali bertemu dengannya. Saat itu, aku memberikan sekuntum bunga padanya sebagai tanda aku sahabatnya. Sahabat yang selalu mendoakan dan mendukungnya.
            "Bram, bagaimana kabarmu. Mengapa kamu semakin kurus?" tanya Lastri saat itu padaku.
            "Aku ikut program langsing sedunia," candaku. Kami pun tertawa bersama.
            " Lastri, bagaimana kabarnya sepertinya makin gembrot saja. Ikut program menjadi pemain sumo, ya?"  candaku kembali.
            Kali ini, Lastri tidak tertawa sehingga membuatku penasaran. Dia kemudian memegang tanganku dan mengajakku duduk dekat dengannya.
            "Ada apa, Lastri?" tanyaku.
            "Bram, saya mau cerita sama kamu."
            "Cerita apa," aku menatap wajah Lastri yang kelihatan serius.
            "Bram, mungkin kamu menganggap aku bahagia berada di tempat ini karena melihat badanku yang gemuk. Tapi, sebenarnya aku tidak merasa bahagia. Aku sudah tidak tahan lagi hidup di tempat ini. Aku sudah bosan. Aku muak melihat sikap teman-temanku yang begitu munafik apabila berada di depan manajer perusahaan.  Aku mau pulang kampung saja, Bram" suara Lastri datar.
            "Lastri, apakah kamu serius? Apakah kamu sudah memikirkannya dengan matang?" tanyaku padanya.
            "Aku serius dan mungkin ini perjumpaan kita yang terakhir kalinya."
            "Jangan pernah katakan itu, Lastri. Kita sudah pernah berjanji akan berjalan bersama. Janji itu adalah utang, dan kita akan melunasinya bersama. Saya yakin badai itu akan segera berlalu dari hidupmu. Dan, ingatlah, Las, apabila kamu keluar dari perusahaan tempatmu bekerja ini siapa lagi yang akan membiayai kebutuhan keluargamu. Cobalah untuk memahami teman-temanmu" kataku meyakinkannya.
            "Tapi …"
            "Tidak ada tapi – tapi, kamu harus berjuang. Ok." Aku kemudian menjabat tangannya. Jabatan tangan yang terakhir kalinya. Delapan bulan kemudian, aku menerima kabar dari seorang temannya bahwa Lastri menarik diri dari perusahaannya .
            "Tuhan, di manakah Lastri berada sekarang? Aku ingin bertemu dengannya. Ada hal yang ingin kukatakan padanya. Aku memohon kepada-Mu, agar kiranya Engkau kelak mempertemukan kami suatu hari nanti," pintaku dalam hati sebelum berlabuh kembali dalam dunia tidurku.
***
            "Bram, apakah kita jadi joging nanti sore," tanya Nando selepas makan siang.
            "Ya, kita joging nanti. Tapi, tujuannya …"
            "Ya, aku sudah tahu. Kamu tidak perlu khawatir. Kita akan menemui teman-teman Lastri " Nando memotong pembicaraanku.
            Sore itu, aku dan Nando akhirnya joging. Tidak lama, hanya sekitar satu jam. Setelah itu, aku dan Nando menjumpai teman-teman Lastri satu perusahaan untuk menanyakan keberadaannya sekarang ini.
            "Selamat sore, Agnes. Saya Bram, teman Lastri yang pernah menghubungi kamu untuk bertanya tentangnya,"  sapaku sambil memperkenalkan diri.
            Agnes kemudian menatapku. "Oh, jadi kamu yang namanya Bram.  Saya hampir  tidak mengingat wajah kamu," ucap Agnes berterus terang padaku.
            "Apakah kamu sudah mendapatkan nomor atau alamat Lastri yang dapat saya hubungi," tanyaku  padanya.
            "Maaf, Bram, sebenarnya saya sudah mendapatkannya. Tapi, saya dipesankan agar tidak memberitahukannya pada kamu saat ini."
            "Kenapa ???"  tanyaku  penasaran.
            "Saya tidak tahu. Lastri tidak mau mengatakan alasannya saat saya menanyakan tentang itu."
            "Terimakasih, Agnes. Saya permisi dulu, mau menjumpai teman yang lain," ucapku sambil berlalu dari hadapannya dengan langkah gontai.
            "Memangnya untuk apa alamat itu," tanya Agnes menahan langkahku.
            "Ada yang ingin saya katakan padanya."
***
            "Bagaimana, Bram. Apakah kamu sudah mendapatkan alamat yang kamu cari," tanya Nando saat kami pulang.
            "Gagal, Nando. Mereka tidak ada satu pun yang mau memberitahukan alamat Lisa kepadaku," ucapku dengan nada kecewa.
            "Ehmm … mungkin mereka takut," Nando mereka-reka.
            "Apa yang mereka takutkan."
            "Ya, mungkin mereka takut dianggap tidak setia pada janji," ucap Nando menjelaskan.
            "Ya, aku rasa mungkin begitu."
            "Bram, lagian untuk apa sih kamu susah-susah mencari alamat si Lastri?  Aku kira belum tentu dia mengingat kamu di seberang sana.
            "Nando, meskipun Lastri tidak mengingatku, namun aku tak bisa melupakan dia secepat ini. Dia sahabatku yang paling baik selama ini."
            "Sudahlah, Bram, kamu jangan sedih begitu dong. Aku jadi ikut sedih nih," Nando mengangkat kepalaku yang tertunduk.
            "Nando, ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya?"
            "Memangnya, apa yang ingin kau katakan," tanya Nando.
            "Maaf, Nando, aku tidak bisa memberitahukannya padamu. Aku ingin langsung menyampaikan kepadanya."
            "Baiklah, aku tak mau menuntut. Sekarang, aku mau memberi saran pada kamu. Lebih baik kamu mendoakan dia daripada terus sedih begini."
            "Makasih atas saranmu. Aku  pasti akan melaksanakannya," ucapku sambil beranjak dari tempat dudukku.
            Sesampainya di kamar, aku langsung mengambil buku agenda. Di atas kertas putih itu, aku menumpahkan segala isi hatiku. Lastri, aku tahu bahwa kau tak menginginkan diriku mengetahui keberadaanmu. Aku tahu bahwa kau takut  menyusahkan diriku. Sebagai seorang teman aku sungguh menghargai itu. Namun, sebagai seorang teman aku juga bertanya atas semuanya itu. Mengapa kau meninggalkanku. Bukankah persahabatan itu kekal abadi?
            Las, di atas kertas putih ini kusampaikan kepadamu, aku ingin bertemu denganmu. Ada sesuatu yang mau kukatakan padamu. Perkataan yang hanya aku dan kau yang tahu. Apa itu?

Tugas Khusus 2

NAMA : OKTARISA YOHANA MARIA
NPM    :  25210262
KELAS :2 EB 22

PRINSIP - PRINSIP KOPERASI

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

Siapapun yang memenuhi persyaratan sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD dan ART) koperasi dapat menjadi anggota. Seseorang tidak dapat dipaksa untuk menjadi anggota. Mereka dapat dengan bebas menentukan pilihannya. Demikian juga bila hendak keluar dari koperasi, mereka dapat memutuskan sendiri, asalkan sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya.
Sifat terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan pembatasan (diskriminasi) dalam bentuk apapun. (Penjelasan UU No. 25/1992 pasal 5 ayat 1 huruf a).

2. Pengelolaan koperasi dilakukan secara demokratis

Pengelolaan demokratis berarti :
• Rapat anggota adalah pemegang kekuasaan tertinggi.
• Urusan kegiatan koperasi diselenggarakan oleh pengurus.
• Pengurus dipilih dari dan oleh anggota.
• Pengurus mengangkat manajer dan karyawan atas persetujuan rapat anggota.
• Kebijakan pengurus dikontrol oleh anggota melalui pengawas.
• Laporan keuangan dan kegiatan koperasi lainnya terbuka dan tran-sparan.
• Satu anggota satu hak suara.

3. Pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota

  • Bagian SHU untuk anggota, dihitung secara sebanding (proporsional) berdasarkan transaksi dan penyertaan modal (simpanan pokok dan simpanan wajib) setiap anggota pada akhir tahun buku.
  • Transaksi anggota tercatat di koperasi.
  • Persentase SHU yang dibagikan kepada anggota ditentukan dalam rapat anggota.

4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

Modal dalam koperasi dipergunakan untuk kemanfaatan anggota, bukan untuk sekedar mencari keuntungan. Karena itu, anggota memperoleh bunga yang terbatas terhadap modal. Bunganya tidak lebih dari suku bunga bank pemerintah yang lazim. Anggota memperoleh keuntungan dalam bentuk lain, seperti mengikuti pendidikan anggota dan dapat memperoleh produk dengan mudah, murah dan bermutu tinggi.

5. Kemandirian

Kemandirian berarti koperasi tidak bergantung pada pihak lain. Karena koperasi memiliki:
  • Modal sendiri yang berasal dari anggota.
  • Pengelola sendiri, yaitu pengurus yang dipilih dari dan oleh anggota.
  • AD dan ART sendiri. Koperasi membuat AD dan ART-nya dengan merujuk pada Undang-undang Nomor 25 tahun 1992.

6. Pendidikan Perkoperasian

Untuk meningkatkan kemampuan manajemen dan terlaksananya prinsip-prinsip koperasi, maka penting sekali anggota, pengurus dan karyawan koperasi ditingkatkan pemahaman, kesadaran dan keterampilannya melalui pendidikan. Besarnya biaya pendidikan ditetapkan oleh anggota dalam rapat anggota.

7. Kerjasama antar koperasi

  • Koperasi dapat bekerjasama dengan koperasi-koperasi lain di tingkat lokal, nasional ataupun internasional.
  • Di Indonesia, koperasi-koperasi primer bisa membentuk pusat dan induk di tingkat regional dan nasional. 
PENGERTIAN SISA HASIL USAHA

SHU Koperasi adalah sebagai selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan total (total revenue ) atau biasa dilambangkan (TR) dengan biaya-biaya atau biaya total (total cost) dengan lambang (TC) dalam satu tahun waktu. Lebih lanjut pembahasan mengenai pengertian koperasi bila ditinjau menurut UU No.25/1992, tentang perkoperasian, Bab IX, pasal 45 adalah sebagai berikut:

  1. SHU koperasi adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurang dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
  2. SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
  3. Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.
  4. Penetapan besarnya pembagian kepada para anggota dan jenis serta jumlahnya ditetapkan oleh Rapat Anggota sesuai dengan AD/ART Koperasi.
  5. Besarnya SHU yang diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi.
  6. Semakin besar transaksi(usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin besar SHU yang akan diterima.
Dalam proses penghitungannya, nilai SHU anggota dapat dilakukan apabila beberapa informasi dasar diketahui sebagai berikut :

1. SHU total kopersi pada satu tahun buku
2. bagian (persentase) SHU anggota
3. total simpanan seluruh anggota
4. total seluruh transaksi usaha ( volume usaha atau omzet) yang bersumber dari anggota
5. jumlah simpanan per anggota
6. omzet atau volume usaha per anggota
7. bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota
8. bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha anggota.

Rumus Pembagian SHU
  • Mengatakan bahwa“pembagian SHU kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam koperasi, tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi. Ketentuan ini merupakan perwujudan kekeluargaan dan keadilan”.
  • Didalam AD/ART koperasi telah ditentukan pembagian SHU sebagai berikut: Cadangan koperasi 40%, jasa anggota 40%, dana pengurus 5%, dana karyawan 5%, dana pendidikan 5%, danasosial 5%, danapembangunanlingkungan 5%.
  • Tidak semua komponen diatas harus diadopsi dalam membagi SHU-nya. Hal ini tergantung dari keputusan anggota yang ditetapkan dalam rapat anggota.

Perumusan :

                                      SHU = JUA + JMA
Dimana :


SHU : sisa hasil usaha
JUA : jasa usaha anggota
JMA : jasa modal sendiri
Tms : total modal sendiri
Va   : volume anggota
Vak : volume usaha total kepuasan
Sa    : jumlah simpanan anggota


  Sumber :
  • http://kopindo.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=405&Itemid=408
  • http://ahim.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/9895/BAB+5.+SHU.ppt